Senin, 18 Februari 2013

Menjelajahi Museum Tsunami Aceh

Oleh: Nela Vitriani

Museum Tsunami merupakan museum tempat mengenang kembali peristiwa dahsyat yang pernah melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 silam, yang kurang lebih menelan korban sebanyak 240.000 jiwa. Museum ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda dekat Simpang Jam dan berseberangan dengan Lapangan Blang Padang kota Banda Aceh. Bangunan museum ini konon didesain oleh seorang dosen arsitektur ITB Bandung, M. Ridwan Kamil.  Desain yang berjudul Rumoh Aceh as Escape Hill ini mengambil ide dasar rumoh Aceh  yaitu rumah tradisional masyarakat Aceh berupa bangunan rumah panggung. Adapun tujuan pembangunan museum ini tidak hanya menjadi sebuah bangunan monumen, tetapi juga sebagai objek sejarah, dimana bangunan ini menjadi tempat pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami. Selain itu bangunan ini diharapkan menjadi warisan untuk generasi Aceh di masa mendatang sebagai pesan dan pelajaran bahwa tsunami pernah melanda Aceh yang telah menelan banyak korban. Pembangunan museum ini telah menghabiskan anggaran mencapai 140 miliyar rupiah.

Bangunan museum ini terdiri dari 4 tingkat dengan hiasan dekorasi bernuansa islam. Dari arah luar dapat terlihat bangunan ini berbentuk seperti kapal, dengan sebuah mencu suar berdiri tegak di atasnya. Tampilan eksterior yang luar biasa yang mengekspresikan keberagaman budaya Aceh terlihat dari ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan. Ornamen ini melambangkan tarian saman sebagai cerminan Hablumminannas, yaitu konsep hubungan antar manusia dalam Islam.

Pada lantai dasar museum terdapat ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Lantai ini dibuat meninggi yang betujuan sebagai escape hill, sebuah taman berbentuk bukit dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan jika terjadi banjir dan bencana tsunami di masa mendatang. Setiap lantai (berukuran 25 meter x 20 meter) dapat menampung ribuan warga dalam kondisi darurat.

Ketika memasuki gedung ini, ruang pertama yang akan disinggahi pengunjung adalah ruang renungan. Dalam ruangan ini terdapat sebuah lorong sempit dan remang sekaligus dapat mendengarkan suara air yang mengalir beserta suara azan. Pada kiri dan kanan dinding lorong tersebut terdapat air yang mengalir yang diibaratkan gemuruh tsunami yang pernah terjadi di masa silam.

Setelah melewati ruang renungan, pengunjung museum akan memasuki ruang berkaca memorial hill yang dilengkapi dengan monitor yang dapat digunakan untuk mengakses informasi mengenai peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam.

Setelah ruang memorial hill, pengunjung akan memasuki ruang The Light of God, yaitu sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya remang kekuningan. Pada puncak ruangan terlihat kaligrafi arab berbentuk tulisan ALLAH dalam sebuah lingkaran. Pada dinding-dinding ruangan ini dipenuhi tulisan nama-nama korban tsunami yang tewas dalam peristiwa besar tersebut. Bangunan yang menyerupai tower ini mengandung nilai-nilai religi yang merupakan cerminan dari Hablumminallah (yaitu konsep hubungan manusia dengan Allah). Ruangan ini juga menjadi akses menuju tingkat kedua bangunan museum tsunami.

Sedangkan pada lantai dua merupakan akses ke ruang-ruang multimedia seperti ruang audio dan ruang 4 dimensi, ruang pamer tsunami (tsunami exhibition room), ruang pre-tsunami, while stunami, dan post-tsunami.

Pada lantai 3 Museum Tsunami Aceh, terdapat beberapa fasilitas seperti ruang geologi, perpustakaan, musalla, dan souvenir. Pada ruang geologi, pengunjung dapat memperoleh informasi mengenai kebencanaan, bagaimana gempa dan tsunami terjadi, melalui penjelasan dari beberapa display dan alat simulasi yang terdapat dalam ruangan tersebut.

Di tingkat akhir gedung Museum Tsunami Aceh, difungsikan sebagai escape building atau penyelamatan diri ketika tsunami terjadi lagi di masa yang akan datang. Tingkat atap ini tidak dibuka untuk umum karena mengingat konsep keselamatan dan keamanan. Dari tingkat atap ini, hampir keseluruhan daerah kota Banda Aceh dapat terlihat dari atas gedung.

*penulis merupakan salah satu staff Museum Tsunami Aceh

6 komentar:

  1. Thank gan atas infonya yang sangat bermanfaat

    BalasHapus
  2. sama-sama. Berkunjunglah ke Museum Tsunami Aceh :)

    BalasHapus
  3. like (Y) bisa buat karya tulis nih;;) thank's

    BalasHapus
  4. wah luar biasa lengkap banget gan.. izin mengutip sebagian isi artikel ini sebagai referensi tentunya sumber akan dicantumkan, kebetulan saya lagi membuat artikel serupa...
    http://share-all-time.blogspot.com/2014/01/isi-peran-dan-fungsi-Museum-Tsunami-aceh.html

    BalasHapus
  5. Mbak, izin mengutip artikel ini sebagai bahan referensi tulisan saya tentang tsunami aceh, juga beberapa foto. Saya akan mencantumkan link hidupnya. Terima kasih

    BalasHapus
  6. Terima kasih artikelnya.. btw saya ingin bertanya, gambar yang tertera di atas sumber pertamanya dari mana ya?

    BalasHapus