Banda Aceh – Kunjungan kerja Gubernur Wakayama Jepang, Yoshinobu
Nisaka, (17/4) ke Museum Tsunami Aceh dalam rangka ‘Peresmian Japan Corner’
merupakan agenda kunjungan balasan atas kunjungan Gubernur Aceh pada 11 Maret 2016 lalu dalam Peringatan 5 tahun Tsunami Jepang.
Dalam kegiatan kunjungan ini,
Gubernur Wakayama Jepang, Yoshinobu Nisaka diagendakan mengunjungi beberapa
lokasi wisata tsunami sebelum bertemu langsung dengan Gubernur Aceh, Dr. Zaini
Abdullah dalam jamuan makan siang di Pendopo Gubernur. Gubernur Wakayama,
didampingi oleh Walikota Hirogawa, Toshiki Nishioka, Konsulat Jenderal Jepang, Hirofumi
Morikawa, President of ERIA, Prof.
Hidetoshi Nishimura, dan beberapa tamu penting lainnya disambut oleh perwakilan
Pemerintah Aceh yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh,
Drs. Reza Fahlevi, M.Si.
“Gubernur mengunjungi Kuburan
Massal Siron dan melakukan peletakkan karangan bunga sebagai penghormatan dan belasungkawa
bagi korban gempa dan tsunami 2004 di sana, kemudian akan mengunjungi situs
wisata PLTD Apung, setelah itu meresmikan Japan
Corner di Museum Tsunami Aceh, dan terakhir memenuhi undangan Gubernur Aceh
dalam jamuan makan siang di Pendopo Gubernur” ungkap General Manager Museum Tsunami, Tomy Mulia Hasan yang juga ikut
mendampingi rombongan Gubernur Wakayama Jepang.
Dalam acara peresmian Japan
Corner di Museum Tsunami Aceh, Reza Fahlevi selaku perwakilan dari Pemerintah
Aceh mengatakan, “Kunjungan Gubernur Wakayama ini sebagai bentuk kerjasama dan
hubungan yang baik antara Wakayama Jepang dan Aceh. Akan ada program pertukaran
informasi dan pegawai museum di Aceh dengan museum di Jepang. Diharapkan nantinya
masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang.”
Dalam acara peresmian yang dihadiri 115 tamu undangan tersebut,
Gubernur Wakayama Jepang, Yoshinobu Nisaka, memberikan pidato dan kuliah umum
kebencanaan, mengulas tentang perjuangan dan prestasi Hamaguchi Goryo yang
berhasil menyelamatkan nyawa manusia dari gelombang tsunami dengan membakar
lumbung padi sebagai jalur evakuasi, dan menyampaikan semangat untuk lebih
peduli terhadap bencana untuk meminimkan jumlah korban di masa yang akan
datang.