tag:blogger.com,1999:blog-78169617357405702352024-03-18T02:15:27.875-07:00Museum Tsunami AcehMuseum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-37857642203125016202016-04-18T01:35:00.001-07:002016-04-18T21:02:56.160-07:00Peresmian Japan Corner di Museum Tsunami Aceh<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg518POwaGoZE3joKLeU-pi46qJQXpS7DD0YeYAKo2X0DqG_Ytll7CToq_d86Hn2SRkT5-aqvqHMGQsV0A7hOwuKAjTRCMZhWQGaFDp0NZyUMeHdCJ-FJ0tRbLgAgIWf-6Ue3pRD0J_IOA/s1600/IMG_2527.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg518POwaGoZE3joKLeU-pi46qJQXpS7DD0YeYAKo2X0DqG_Ytll7CToq_d86Hn2SRkT5-aqvqHMGQsV0A7hOwuKAjTRCMZhWQGaFDp0NZyUMeHdCJ-FJ0tRbLgAgIWf-6Ue3pRD0J_IOA/s320/IMG_2527.JPG" width="320" /></a></div>
<i>Banda Aceh</i> – Kunjungan kerja Gubernur Wakayama Jepang, Yoshinobu
Nisaka, (17/4) ke Museum Tsunami Aceh dalam rangka ‘Peresmian Japan Corner’
merupakan agenda kunjungan balasan atas kunjungan Gubernur Aceh pada 11 Maret 2016 lalu dalam Peringatan 5 tahun Tsunami Jepang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam kegiatan kunjungan ini,
Gubernur Wakayama Jepang, Yoshinobu Nisaka diagendakan mengunjungi beberapa
lokasi wisata tsunami sebelum bertemu langsung dengan Gubernur Aceh, Dr. Zaini
Abdullah dalam jamuan makan siang di Pendopo Gubernur. Gubernur Wakayama,
didampingi oleh Walikota Hirogawa, Toshiki Nishioka, Konsulat Jenderal Jepang, Hirofumi
Morikawa, <i>President of ERIA,</i> Prof.
Hidetoshi Nishimura, dan beberapa tamu penting lainnya disambut oleh perwakilan
Pemerintah Aceh yang diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh,
Drs. Reza Fahlevi, M.Si. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Gubernur mengunjungi Kuburan
Massal Siron dan melakukan peletakkan karangan bunga sebagai penghormatan dan belasungkawa
bagi korban gempa dan tsunami 2004 di sana, kemudian akan mengunjungi situs
wisata PLTD Apung, setelah itu meresmikan <i>Japan
Corner</i> di Museum Tsunami Aceh, dan terakhir memenuhi undangan Gubernur Aceh
dalam jamuan makan siang di Pendopo Gubernur” ungkap <i>General Manager</i> Museum Tsunami, Tomy Mulia Hasan yang juga ikut
mendampingi rombongan Gubernur Wakayama Jepang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam acara peresmian Japan
Corner di Museum Tsunami Aceh, Reza Fahlevi selaku perwakilan dari Pemerintah
Aceh mengatakan, “Kunjungan Gubernur Wakayama ini sebagai bentuk kerjasama dan
hubungan yang baik antara Wakayama Jepang dan Aceh. Akan ada program pertukaran
informasi dan pegawai museum di Aceh dengan museum di Jepang. Diharapkan nantinya
masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang.”<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam acara peresmian yang dihadiri 115 tamu undangan tersebut,
Gubernur Wakayama Jepang, Yoshinobu Nisaka, memberikan pidato dan kuliah umum
kebencanaan, mengulas tentang perjuangan dan prestasi Hamaguchi Goryo yang
berhasil menyelamatkan nyawa manusia dari gelombang tsunami dengan membakar
lumbung padi sebagai jalur evakuasi, dan menyampaikan semangat untuk lebih
peduli terhadap bencana untuk meminimkan jumlah korban di masa yang akan
datang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="text-align: justify;">Turut hadir dalam peresmian Japan
Corner di Museum Tsunami Aceh, Perwakilan DPR Aceh, Wakil Ketua I DPRA, Drs. H.
Sulaiman Abda, M.Si, Ketua Palang Merah Indonesia, Ir. T. Alaidin Syah, perwakilan
rektor Unsyiah, UIN Ar-Raniry, Dosen dan mahasiswa, serta beberapa komunitas
masyarakat. (Nela Vitriani)</span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-20724851438081518522013-07-05T02:02:00.000-07:002013-07-05T02:02:26.416-07:00Travel Series: Jalan Jalan Men versi AcehOleh: Tim Jalan-Jalan Men<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kisah
Jebraw yang awalnya ngaco dan salah paham, dia akhirnya sampai ke Aceh
dan melanjutkan perjalanannya untuk mencari harta karun di tempat ini.
Tujuannya adalah untuk memberikan kesan pada 'gebetannya' Naya. So,
alhasil Naya pun takluk dengan usaha sang Jebraw yang berhasil
membawanya ke sebuah mesjid yang hanya satu-satunya bangunan yang masih
tersisa dan selamat dari terangan tsunami pada tanggal 26 Desember 2004
silam di tanah rencong, Aceh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita behind the scene:</div>
<div style="text-align: justify;">
Jebraw
dan timnya sempat mengunjungi Museum Tsunami Aceh, sebuah bagunan megah
karya Ridwal Kamil, yang kini telah menjadi ikon provinsi Aceh. Naya
sempat terkagum-kagum dengan design bangunan museum ini. Tau gak?? Saat
tim Jalan-Jalan Men selesai shooting dan hendak beranjak ke lokasi
berikutnya, Naya hampir aja tertinggal lho! Lha, koq bisa ya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata
Naya sedang shalat di musala lantai 3 Museum Tsunami, dan lama banget
menghayati setiap design dan filosofi dari museum ini. Wow.... mau liat
hasilnya? Berikut videonya....<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/l7IYZRpZCjs?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-62907453346788573982013-05-21T23:02:00.000-07:002013-06-22T23:03:22.097-07:00Museum Tsunami Aceh Documentary FilmOleh: Alfi Rahman<br />
Magister Ilmu Kebencanaan Universitas Syiah Kuala<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
Museum Tsunami Aceh: Prasasti yang Berbicara tentang Apa yang Kita Sebut 'Cinta' pada Mereka yang Tergulung Bersama Gelombang.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.youtube.com/embed/mUPqwDkaOkk?feature=player_embedded' frameborder='0'></iframe></div>
<br />Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-61897371375094509542013-02-24T20:28:00.001-08:002013-02-24T20:29:39.307-08:00Filosofi Museum Tsunami Aceh<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Oleh: Nela Vitriani</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikWOBdEGfVVbHLic6mOT6Zi4twnhhMrcLhmn6rUj9soyryJ_PmVH0UnU-vQHndg-Zp9h-OF-QgesssUBpOg2IefQJBElvx1TjpG-KZznh-Vo6OM1V2rtgQlt7r41G7ccqtu7xhgSL4TAE/s1600/mutsu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikWOBdEGfVVbHLic6mOT6Zi4twnhhMrcLhmn6rUj9soyryJ_PmVH0UnU-vQHndg-Zp9h-OF-QgesssUBpOg2IefQJBElvx1TjpG-KZznh-Vo6OM1V2rtgQlt7r41G7ccqtu7xhgSL4TAE/s1600/mutsu.jpg" height="133" width="200" /></a></div>
Desain dan pembangunan Museum
Aceh dengan konsep ‘Rumoh Aceh as Escape Building’ mempunyai beragam filosofi.
Pada lantai dasar museum ini menceritakan bagaimana tsunami terjadi melalui
arsitektur yang didesain secara unik. Pada masing-masing ruangan memiliki
filosofi tersendiri yang mendeskripsikan gambaran tentang tsunami sebagai <i>memorial</i> dari bencana besar yang melanda
Aceh pada 26 Desember 2004 silam yang menelan korban jiwa dalam jumlah yang
cukup besar mencapai kurang lebih 240.000 jiwa. Berikut filosofi dari design lantai dasar Museum Tsunami Aceh.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]-->1.<span style="font-size: 7pt;"> <i>
</i></span><!--[endif]--><i>Space of Fear</i> (Lorong Tsunami)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lorong Tsunami merupakan akses
awal pengunjung untuk memasuki Museum Tsunami. Memiliki panjang 30 m dan tinggi
mencapai 19-23 m melambangkan tingginya gelombang tsunami yang terjadi pada
tahun 2004 silam. Air mengalir di kedua sisi
dinding museum, suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang
sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh pada saat tsunami
terjadi, atau disebut <i>space of fear</i>.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
2.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]--><i>Space of Memory</i> (Ruang Kenangan)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
Setelah
berjalan melewati Lorong Tsunami, pengunjung akan memasuki Ruang Kenangan (<i>Memorial Hall</i>). Ruangan ini memiliki 26
monitor sebagai lambang dari kejadian tsunami yang melanda Aceh ada 26 Desember
2004. Setiap monitor menampilkan gambar dan foto para korban dan lokasi bencana
yang melanda Aceh pada saat tsunami sebanyak 40 gambar yang ditampilkan dalam
bentuk <i>slide. </i>Gambar dan foto ini
seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami yang melanda Aceh atau disebut <i>space of memory</i> yang tidak mudah untuk
dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
Ruang dengan dinding
kaca ini memiliki filosofi keberadaan di dalam laut (gelombang tsunami). Ketika
memasuki ruangan ini, pengunjung seolah-olah tengah berada di dalam laut, dilambangkan
dengan dinding-dinding kaca yang menggambarkan luasnya dasar laut,
monitor-monitor yang ada di dalam ruangan dilambangkan sebagai bebatuan yang
ada di dalam air, dan lampu-lampu remang yang ada di atap ruangan dilambangkan
sebagai cahaya dari atas permukaan air yang masuk ke dasar laut.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]-->3.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]--><i>Space of Sorrow</i> (Ruang Sumur Doa)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
Melalui Ruang
Kenangan (<i>Memorial Hall</i>), pengunjung
akan memasuki Ruang Sumur Doa (<i>Chamber of
Blessing</i>). Ruangan berbentuk silinder dengan cahaya remang dan ketinggian
30 meter ini memiliki kurang lebih 2.000 nama-nama koban tsunami yang tertera
disetiap dindingnya. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan massal tsunami
dan pengunjung yang memasuki ruanga ini dianjurkan untuk mendoakan para korban
menurut agama dan kepercayaan masing-masing.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
Ruangan ini
juga menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya (<i>hablumminallah</i>) yang dilambangkan dengan tulisan kaligrafi Allah
yang tertera di atas cerobong dengan cahaya yang mengarah ke atas dan lantunan
ayat-ayat Al-Qur’an. Ini melambangkan bahwa setiap manusia pasti akan kembali
kepada Allah (penciptanya).<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 3.3pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]-->4.<span style="font-size: 7pt;"> <i>
</i></span><!--[endif]--><i>Space of Confuse</i> (Lorong Cerobong)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah Sumur Doa, pengunjung
akan melewati Lorong Cerobong (Romp Cerobong) menuju Jembatan Harapan. Lorong
ini sengaja didesain dengan lantai yang bekelok dan tidak rata sebagai bentuk
filosofi dari kebingungan dan keputusasaan masyarakat Aceh saat didera tsunami
pada tahun 2004 silam, kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak
saudara yang hilang, dan kebingungan karena kehilangan harta dan benda, maka filosofi
lorong ini disebut <i>Space of Confuse</i>. Lorong
gelap yang membawa pengunjung menuju cahaya alami melambangkan sebuah harapan
bahwa masyarakat Aceh pada saat itu masih memiki harapan dari adanya bantuan dunia
untuk Aceh guna membantu memulihkan kondisi fisik dan psikologis masyarakat
Aceh yang pada saat usai bencana mengalami trauma dan kehilangan yang besar.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]-->5.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]--><i>Space of Hope</i> (Jembatan Harapan)<o:p></o:p></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Lorong cerobong membawa
pengunjung ke arah Jembatan Harapan (<i>space
of hope</i>). Disebut jembatan harapan karena melalui jembatan ini pengunjung
dapat melihat 54 bendera dari 54 negara yang ikut membantu Aceh pasca tsunami,
jumlah bendera sama denga jumlah batu yang tersusun di pinggiran kolam. Di
setiap bendera dan batu bertuliskan kata ‘Damai’ dengan bahasa dari
masing-masing negara sebagai refleksi perdamaian Aceh dari peperangan dan
konflik sebelum tsunami terjadi. Dengan adanya bencana gempa dan tsunami, dunia
melihat secara langsung kondisi Aceh, mendukung dan membantu perdamaian Aceh,
serta turut andil dalam membangun (merekontruksi) Aceh setelah bencana terjadi.<o:p></o:p></div>
Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-44373291693519457432013-02-24T20:22:00.004-08:002013-02-24T20:22:26.219-08:00Museum Tsunami sebagai Media Evakuasi<br />
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Oleh: Rahmadhani, M.Bus</span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdjkim5QO9wDWAN8TZ-Qgr_UHdHGMkiIGHz3BenH-KF20SekV0D5Z75LuKuTjF-66uiuUgfeDl_y64RSnxr4q4zESxDFknwncOl4cNHvUTIUHYrQqqodto0BvlXERSQ1hWZ18DeTYYabM/s1600/f2436032ae1e11e19e4a12313813ffc0_7.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdjkim5QO9wDWAN8TZ-Qgr_UHdHGMkiIGHz3BenH-KF20SekV0D5Z75LuKuTjF-66uiuUgfeDl_y64RSnxr4q4zESxDFknwncOl4cNHvUTIUHYrQqqodto0BvlXERSQ1hWZ18DeTYYabM/s1600/f2436032ae1e11e19e4a12313813ffc0_7.jpg" height="200" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Selama berlangsung Proses Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Aceh pasca gempa dan Tsunami yang menimpa Aceh pada akhir Desember
2004 yang melibatkan hampir seluruh masyarakat dan lembaga nasional/internasional
telah menghasilkan berbagai peluang dalam bentuk kemajuan pembangunan pada
berbagai sektor yang telah dicapai dan dibangun, salah satunya adalah Museum
Tsunami Aceh.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Tulisan ini terilhami saat kejadian dua
gempa besar "megaquakes" yang mengguncang wilayah daratan Sumatera
dan kepulauan Simeulue tanggal 11 April 2012. Kedua gempa tersebut yang
diperkirakan akan mengakibatkan Tsunami telah menimbulkan kekhawatiran,
kemacetan dan kepanikan massa di wilayah pantai barat Sumatera, khususnya Aceh.
Bagaimanapun, pasca gempa besar tersebut, Museum Tsunami Aceh yang terletak
strategis di pusat Kota Banda Aceh telah menjadi pilihan bagi masyarakat,
khususnya para pelajar/siswa sebagai pusat evakuasi untuk menyelamatkan diri
mengantisipasi perkiraan akan terjadi Tsunami.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Keberadaan Museum Tsunami Aceh sebagai
museum kebanggaan masyarakat Aceh dan dunia atas kebangkitan masyarakat Aceh,
selain menjadi simbol kekuatan dan kesabaran masyarakat Aceh dalam menghadapi
bencana Tsunami, juga menjadi Icon Pariwisata Tsunami Aceh ke depan. Museum
yang dibangun melalui pendekatan arsitektur yang bernuansa Islami dan budaya
Aceh dengan konsep dan design "Rumoh Aceh as escape hill" memiliki
berbagai koleksi peninggalan Tsunami, media berbagi pengalaman bencana dan
pengetahuan kebencanaan (geologi) telah menjadi pusat edukasi, rekreasi dan
evakuasi yang bersifat efektif dan produktif bagi masyarakat untuk selalu
mengingat tragedi yang pernah terjadi dalam rangka menggugah respon kritis pada
isu-isu kebencanaan dan membangun kesadaran serta motivasi masyarakat menuju
budaya kesiap-siagaan bencana "Disaster Risk Reduction" masa akan
datang.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Museum Tsunami Aceh yang diresmikan oleh
Bapak Presiden RI dan dibuka secara resmi kepada umum pada tanggal 8 Mai 2011
adalah satu-satunya museum Tsunami di Asia yang dianggap sangat strategis dan
representatif, selain Museum Gempa Kobe di Jepang "Disaster Reduction and
Human Renovation Institution". Dengan demikian, museum ini perlu terus
dijaga dan dikembangkan sebagai media utama pembelajaran dan pendidikan
"disaster mitigation center" bagi generasi muda tentang keselamatan
dan membangun kesiap-siagaan kebencanaan, pusat evakuasi bagi masyarakat
"evacuation center" bila terjadi bencana lainnya masa akan datang
serta warisan penting bagi generasi muda Aceh mendatang untuk selalu mengingat
bencana gempa dan Tsunami yang pernah menimpa Aceh.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Keberadaan Museum Tsunami Aceh telah
mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan masyarakat, khususnya para
pelajar/siswa dan masyarakat luar Aceh umumnya, termasuk para wisatawan manca
negara dan peneliti kebencanaan. Setiap hari Museum Tsunami Aceh dikunjungi
rata-rata 600 pengunjung. Namun, khusus pada hari Sabtu dan Minggu jumlah
tersebut dapat mencapai 2000 sampai 2500 pengunjung (data 2011). Sementara,
khusus pada hari liburan anak-anak sekolah, jumlah pengunjung Museum Tsunami
Aceh dapat meningkat sekitar 3500 pengunjung atau meningkat sekitar 60%.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;"><b>Museum Tsunami sebagai Pusat Evakuasi</b><o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Perlu disadari bahwa secara geografis, Indonesia
berada pada lempengan bumi yang sangat rentan akan terjadinya berbagai bencana
alam "Ring of Fire", sehingga menjadi perhatian kita semua untuk
terus membangun kesadaran dan motivasi masyarakat kita terhadap upaya
kesiap-siagaan dalam mengurangi resiko bencana "Disaster Risk
Reduction" di masa akan datang.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Membangun upaya kesiap-siagaan bencana
berarti kita sudah mempersiapkan diri dan mentalitas kita terhadap pengambilan
langkah-langkah efektif apa saja dalam melakukan upaya penyelamatan diri sebelum,
sedang dan pasca bencana terjadi. Langkah-langkah ini penting untuk
mempersiapkan diri tentang bagaimana, kapan dan kemana untuk bergerak untuk
menyelamatkan diri, sekaligus menghindari kepanikan dan ketakutan yang dapat
berdampak pada jatuhnya korban.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Baru-baru ini, dua gempa besar berkekuatan
8,5 dan 8,2 skala Richter juga telah mengguncang wilayah daratan Sumatera dan
kepulauan Simeulue tanggal 11 April 2012. Kedua gempa besar tersebut yang
diprediksikan akan mengakibatkan Tsunami telah menimbulkan kekhawatiran,
kemacetan dan kepanikan massa di wilayah pantai barat Sumatera, khususnya di
Aceh.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Mengamati pengalaman saat gempa tersebut
terjadi, Museum Tsunami Aceh telah menjadi pilihan bagi masyarakat, khususnya
para pelajar/siswa sebagai pusat evakuasi untuk menyelamatkan diri dalam upaya
mengantisipasi perkiraan akan terjadinya Tsunami. Diperkirakan 1000 masyarakat,
khususnya para pelajar/siswa melakukan upaya penyelamatan diri secara
spontanitas ke Museum Tsunami. Para petugas Museum Tsunami dengan berbagai
keprihatinan dan kekhawatiran terhadap keselamatan diri dan anggota keluarga
mereka tetap melakukan berbagai upaya mitigasi bencana kepada masyarakat,
khususnya dalam menenangkan massa yang ingin memaksa masuk ke dalam museum
padahal getaran gempa masih terjadi, walaupun massa akhirnya diperbolehkan
masuk, namun tetap waspada dan siaga terjadinya berbagai kondisi yang paling
buruk "worst scenario".<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Hasil survey di lapangan, petugas selain
mencoba menenangkan dan menertibkan massa, juga menyempatkan diri menanyakan
alasan dan motif utama para pelajar/siswa menyelamatkan diri ke Museum Tsunami.
Yang paling menakjubkan adalah umumnya para pelajar/siswa memberi jawaban yang
hampir sama bahwa selain mereka telah sering mengunjungi Museum Tsunami dan mempelajari
berbagai aktifitas museum, juga Museum Tsunami berfungsi sebagai pusat evakuasi
bencana, khususnya bila terjadi gempa besar. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Dapat disimpulkan bahwa Museum Tsunami
dengan berbagai koleksi peninggalan Tsunami, media berbagi pengalaman bencana
dan pengetahuan kebencanaan telah menjadi pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi
sangat efektif bagi masyarakat dalam menggugah respon kritis pada isu-isu
kebencanaan dan membangun kesadaran serta motivasi masyarakat menuju budaya
kesiap-siagaan bencana, seperti yang telah dilakukan oleh para pelajar/siswa
pasca gempa kembar pada tanggal 11 April 2012.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Langkah-langkah efektif yang dilakukan oleh
para pelajar/siswa telah mengingatkan kita pada sebuah kearifan lokal yang
telah berhasil diadopsi oleh masyarakat Simeulue melalui pengalaman
"Smong"nya atau "Tsunami" dalam bahasa setempat, dimana
sikap penyelamatan diri masyarakat saat akan terjadinya Tsunami bukanlah
dilakukan secara spon tanitas, melainkan berdasarkan pengalaman bencana Tsunami
yang pernah menimpa mereka pada tahun 1907 dengan jumlah korban jiwa yang
relatif besar.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Museum Tsunami Aceh sebagai museum global
diharapkan akan terus berfungsi dan berperan sebagai pusat pendidikan dan
pembelajaran dalam rangka memperkenalkan dan membangun kesadaran masyarakat
terhadap budaya kesiap-siagaan bencana dengan menampilkan beragam objek
"artefact" atau peninggalan bencana serta kegiatan berbagi pengalaman
bencana masa lalu antara saksi hidup yang selamat dari bencana dengan para
pengunjung museum "telling live stories/lessons from past disasters".<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="EN-US"><span style="font-family: inherit;">Dukungan semua pihak, khususnya Kementerian
ESDM, BPBA (Badan Penanggulangan Bencana Aceh), TDMRC (Tsunami and Disaster
Mitigation Research Center) dan masyarakat sangat diharapkan dalam memperkuat
dan memajukan Museum Tsunami Aceh sebagai pusat edukasi, rekreasi dan evakuasi
yang didukung dengan berbagai media simulasi, tenaga ahli dan pengelolaan yang
baik serta menjadi warisan penting bagi generasi muda Aceh untuk tidak pernah
melupakan tragedi kemanusiaan yang pernah menimpa Aceh yang menghilangkan harta
benda dan orang-orang yang sangat kita cintai. ***<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<span lang="EN-US" style="font-size: 11pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><i>**Penulis adalah Manager Museum Tsunami
Aceh/Pembicara pada Int’l Forum on Telling Live Stories/Lessons Learnt from
Disasters, Kobe - Jepang (2010/2012).<br />**Tulisan ini dimuat di media Harian Analisa Online.</i></span></span>Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-82767986875516161992013-02-24T19:56:00.002-08:002013-02-24T19:57:12.254-08:00Harusnya Museum Menjadi Sarana Edukasi<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix4WfpmNxeLCr-uagA7PWHV7z-gBAJp3CkM63-t2PDJaYqBJLty1brizgPSy_bcswDbI_7OdB3t0DoiJ2tHOR0b8jTiA4imGmtpdQLY-WgIHajBfswb5nGixYzjK8V-xPpfJAq1xptHk4/s1600/65e0a888a09611e180c9123138016265_7.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix4WfpmNxeLCr-uagA7PWHV7z-gBAJp3CkM63-t2PDJaYqBJLty1brizgPSy_bcswDbI_7OdB3t0DoiJ2tHOR0b8jTiA4imGmtpdQLY-WgIHajBfswb5nGixYzjK8V-xPpfJAq1xptHk4/s200/65e0a888a09611e180c9123138016265_7.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Banda Aceh - Mendengar kata
‘museum’ identik dengan benda-benda purba atau langka yang telah jarang ada di
sembarang tempat (antik). Terdapat anekdot yang mengatakan kecenderungan
masyarakat mengunjungi museum hanya dua kali seumur hidup, yaitu saat mengenyam
pendidikan seperti sekolah atau kuliah dan saat telah memiliki cucu.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Rahmadhani Sulaiman, M.Bus,
Kepala Museum Tsunami Banda Aceh, saat menghadiri acara Sosialisasi Duta Museum
Aceh 2012 di Hotel Grand Nanggoe Banda Aceh (11/12/2012) mengatakan, “Pelajar
baru akan mengunjungi museum saat memperoleh tugas dari sekolah atau kampus.
Kedua, saat kita telah memiliki cucu barulah akan mengunjungi museum sekedar
untuk memperkenalkan sejarah kepada generasi penerus. Padahal museum dapat
dijadikan sarana edukasi yang baik untuk segala kalangan usia”.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di sela-sela acara, Rahmadhani mengajukan
beberapa pertanyaan dan masukan yang diharapkan dapat menjadikan museum tak
hanya sebagai sarana wisata tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Anekdot yang menjadi pencitraan
negatif terhadap museum inilah yang harus kita hilangkan. Sehingga diharapkan
dengan adanya Duta Museum dapat menciptakan berbagai program yang menarik
sehingga masyarakat dapat secara rutin mengunjungi museum” katanya.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Museum memiliki banyak cerita
yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat, misalnya Museum Tsunami
yang menyediakan tidak hanya benda-benda peninggalan tsunami tetapi juga
memberikan pemahaman dan pelajaran mengenai penanggulangan bencana seperti
gempa. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian khusus agar masyarakat tak
hanya mengunjungi museum sekedar untuk berwisata (hanya melihat benda-benda
yang ada atau menikmati keindahan arsitektur museum), tetapi juga mendapat ilmu
dan pelajaran untuk lebih sigap mengantisipasi bencana yang mungkin akan
terjadi di masa yang akan datang.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
“Maka ini menjadi tugas bagi Duta
Museum untuk menciptakan program-program edukasi dan keislaman. Di antara
program kerja yang akan kita lakukan seperti membuat website dan blog tentang
museum agar masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi tentang museum,
kontribusi dan kerjasama antara duta-duta museum seluruh Indonesia, termasuk
sosialisasi kapada seluruh museum di Aceh misalnya Museum Tsunami untuk
menyediakan infomasi tentang penanggulangan bencana dan tsunami, serta
program-program lainnya” jelas Mujiburrizal, Duta Museum Aceh 2012 yang
terpilih mewakili provinsi Aceh. [Nela]</div>
Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-14579459729066779792013-02-18T21:26:00.003-08:002013-02-18T21:26:54.855-08:00Museum Tsunami Aceh: "Rumoh Aceh Escape Hill" Karya Ridwan Kamil<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPpyhSdeKUIJ9CLSs5k7RY3zQnYpJDdP47nw0GqhLRkRBzgX3bLjm96EbXhsSQN4oUCEF368OrUL7y_AwnKVzWKINsNhMMAlW9yd6vEnzmHSQRgDCyj-XwgG5B9IMtH1zQVg4uqLI71IM/s1600/design+01.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="112" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPpyhSdeKUIJ9CLSs5k7RY3zQnYpJDdP47nw0GqhLRkRBzgX3bLjm96EbXhsSQN4oUCEF368OrUL7y_AwnKVzWKINsNhMMAlW9yd6vEnzmHSQRgDCyj-XwgG5B9IMtH1zQVg4uqLI71IM/s200/design+01.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><i>Banda Aceh</i> - Lorong sempit itu
gelap gulita. Di sisi kiri dan kanannya ada air terjun yang mengeluarkan suara
gemuruh air, kadang memercik pelan, kadang bergemuruh kencang. Sesaat
suara-suara itu mengingatkan kembali pada kejadian tsunami 26 Januari 2004 yang
melanda Banda Aceh dan sekitarnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Itulah suasana yang menyambut
kita saat memasuki "Rumoh Aceh Escape Hill", bangunan monumental
berbentuk epicenter gelombang laut, Museum Tsunami Aceh, yang baru saja dibuka
oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, Irwandi Yusuf di Banda Aceh, Senin (10/05/2011)
lalu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">M Ridwan Kamil, sang arsitek
museum merancang ruang tersebut untuk mengingatkan kita pada suasana tsunami,
sebelum kita memasuki ruang-ruang selanjutnya yang juga sarat dengan makna.
Kita pun dibawa pada sebuah perenungan lebih dalam melalui ruang The light of
God. Ini adalah sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya
ke atas sebuah lubang dengan tulisan arab “Allah” dengan dinding sumur dipenuhi
nama para korban. Ruangan yang mengandung nilai-nilai religi cerminan dari
Hablumminallah (konsep hubungan manusia dan Allah).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"></span></div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Tampilan interior Museum Tsunami
Aceh ini merupakan tunnel of sorrow yang menggiring ke suatu perenungan atas
musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan
atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">"Rumoh Aceh Escape
Building" yang dibangun di atas areal 10.000 meter persegi ini mengambil
ide dasar Rumoh Aceh, rumah tradisional orang Aceh yang merupakan rumah
panggung. Lantai pertama museum merupakan ruang terbuka sebagaimana rumah
tradisional Aceh, disebut sebagai escape hill, sebuah taman berbentuk bukit
yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan
seandainya terjadi banjir atau tsunami di masa yang akan datang. Tempat ini
disebut juga the hill of light, karena di tempat yang dipenuhi tiang tersebut
pengunjung juga dapat meletakkan karangan bunga mengenang korban tsunami 7
tahun silam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"> Tak hanya itu, unsur tradisional lainnya
diterjemahkan dalam eksterior bangunan museum. Tarian Saman sebagai cerminan
Hablumminannas (konsep hubungan antar manusia dalam Islam) didistilasi ke dalam
pola fasade bangunan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Desain "Rumoh Aceh Escape
Hill" karya M Ridwan Kamil ini memenangkan sayembara lomba desain museum
tsunami Aceh tahun 2007 lalu, menyisihkan 68 desain lainnya. M Ridwan Kamil
adalah dosen Arsitektur ITB dan ketua Bandung Creative City Forum. Bersama
Urbane (Urban Evolution) sebagai jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan
desain yang dia dirikan pada tahun 2004, Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil
banyak menghasilkan karya arsitektur di berbagai negara seperti di Singapura,
Thailand, Bahrain, Cina, Vietnam, Uni Emirat Arab dan tentu saja di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Beberapa contoh proyek yang
ditangani Emil diantaranya seperti Marina Bay Waterfront Master di Singapura,
Sukhotai Urban Resort Master Plan di Bangkok, Ras Al Kaimah Waterfront Master
di Qatar, juga District 1 Saigon South Residential Master Plan di Saigon.
Sementara di Cina ada Shao Xing Waterfront Masterplan, Beijing CBD Master Plan,
dan Guangzhou Science City Master Plan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<i><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;">*sumber: <a href="http://www.esdm.go.id/berita/42-geologi/4489-museum-tsunami-aceh-rumoh-aceh-escape-hill-karya-ridwan-kamil.html">www.esdm.go.id</a></span></span></i>Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-11381420781559403642013-02-18T20:22:00.002-08:002013-02-24T08:55:42.306-08:00Menjelajahi Museum Tsunami Aceh<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: inherit;">Oleh: Nela Vitriani</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_0cgqtdkatfMhGP4F44tA4VW6XEWzf7p6SkvUK4ViekV-cNrnW4vN_GI5tdfpbdNlPCoIdOdIBV-cECaePh9JGohR9jOP0t8sIHB9pK50yoiux5co5V6ncij799NLzqpGokdI2lbETWw/s1600/design+03.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="111" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_0cgqtdkatfMhGP4F44tA4VW6XEWzf7p6SkvUK4ViekV-cNrnW4vN_GI5tdfpbdNlPCoIdOdIBV-cECaePh9JGohR9jOP0t8sIHB9pK50yoiux5co5V6ncij799NLzqpGokdI2lbETWw/s200/design+03.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;">Museum Tsunami merupakan museum
tempat mengenang kembali peristiwa dahsyat yang pernah melanda Aceh pada
tanggal 26 Desember 2004 silam, yang kurang lebih menelan korban sebanyak
240.000 jiwa. Museum ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda dekat Simpang
Jam dan berseberangan dengan Lapangan Blang Padang kota Banda Aceh. Bangunan
museum ini konon didesain oleh seorang dosen arsitektur ITB Bandung, M. Ridwan Kamil. Desain yang berjudul <i>Rumoh Aceh as Escape
Hill</i> ini mengambil ide dasar rumoh Aceh
yaitu rumah tradisional masyarakat Aceh berupa bangunan rumah panggung.
Adapun tujuan pembangunan museum ini tidak hanya menjadi sebuah bangunan
monumen, tetapi juga sebagai objek sejarah, dimana bangunan ini menjadi tempat
pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami sebagai simbol
kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami. Selain itu bangunan
ini diharapkan menjadi warisan untuk generasi Aceh di masa mendatang sebagai
pesan dan pelajaran bahwa tsunami pernah melanda Aceh yang telah menelan banyak
korban. Pembangunan museum ini telah menghabiskan anggaran mencapai 140 miliyar
rupiah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Bangunan museum ini terdiri dari
4 tingkat dengan hiasan dekorasi bernuansa islam. Dari arah luar dapat terlihat
bangunan ini berbentuk seperti kapal, dengan sebuah mencu suar berdiri tegak di
atasnya. Tampilan eksterior yang luar biasa yang mengekspresikan keberagaman
budaya Aceh terlihat dari ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit
luar bangunan. Ornamen ini melambangkan tarian saman sebagai cerminan <i>Hablumminannas</i>, yaitu konsep hubungan
antar manusia dalam Islam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pada lantai dasar museum terdapat
ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik. Lantai ini dibuat
meninggi yang betujuan sebagai <i>escape
hill</i>, sebuah taman berbentuk bukit dapat dijadikan sebagai salah satu
antisipasi lokasi penyelamatan jika terjadi banjir dan bencana tsunami di masa
mendatang. Setiap lantai (berukuran 25 meter x 20 meter) dapat menampung ribuan
warga dalam kondisi darurat.<o:p></o:p></span><br />
<span style="font-family: inherit;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Ketika memasuki gedung ini, ruang
pertama yang akan disinggahi pengunjung adalah ruang renungan. Dalam ruangan
ini terdapat sebuah lorong sempit dan remang sekaligus dapat mendengarkan suara
air yang mengalir beserta suara azan. Pada kiri dan kanan dinding lorong
tersebut terdapat air yang mengalir yang diibaratkan gemuruh tsunami yang
pernah terjadi di masa silam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Setelah melewati ruang renungan,
pengunjung museum akan memasuki ruang <i>berkaca
memorial hill</i> yang dilengkapi dengan monitor yang dapat digunakan untuk
mengakses informasi mengenai peristiwa tsunami yang melanda Aceh pada 26
Desember 2004 silam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4RhIdRGcrztqC2bHLV_pwMFil4pe_Oo6aRL03T0_WpB83B8ZZciEu7lJBFp76_C06XH18wBcCVmMrU4W43Lqr7l9AhgvK4P38TmobDBOy-ZNfvsShc-iOQoSgKfMyKaWNA1yXcB2iMM4/s1600/01+Museum+tsunami+%28sumur+doa%29%29.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4RhIdRGcrztqC2bHLV_pwMFil4pe_Oo6aRL03T0_WpB83B8ZZciEu7lJBFp76_C06XH18wBcCVmMrU4W43Lqr7l9AhgvK4P38TmobDBOy-ZNfvsShc-iOQoSgKfMyKaWNA1yXcB2iMM4/s200/01+Museum+tsunami+%28sumur+doa%29%29.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: inherit;">Setelah ruang <i>memorial hill</i>, pengunjung akan memasuki
ruang <i>The Light of God</i>, yaitu sebuah
ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya remang kekuningan. Pada
puncak ruangan terlihat kaligrafi arab berbentuk tulisan ALLAH dalam sebuah
lingkaran. Pada dinding-dinding ruangan ini dipenuhi tulisan nama-nama korban
tsunami yang tewas dalam peristiwa besar tersebut. Bangunan yang menyerupai
tower ini mengandung nilai-nilai religi yang merupakan cerminan dari <i>Hablumminallah</i> (yaitu konsep hubungan
manusia dengan Allah). Ruangan ini juga menjadi akses menuju tingkat kedua
bangunan museum tsunami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Sedangkan pada lantai dua
merupakan akses ke ruang-ruang multimedia seperti ruang audio dan ruang 4
dimensi, ruang pamer tsunami (<i>tsunami
exhibition room</i>), ruang pre-tsunami, while stunami, dan post-tsunami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Pada lantai 3 Museum Tsunami
Aceh, terdapat beberapa fasilitas seperti ruang geologi, perpustakaan, musalla,
dan souvenir. Pada ruang geologi, pengunjung dapat memperoleh informasi
mengenai kebencanaan, bagaimana gempa dan tsunami terjadi, melalui penjelasan
dari beberapa display dan alat simulasi yang terdapat dalam ruangan tersebut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Di tingkat akhir gedung Museum
Tsunami Aceh, difungsikan sebagai <i>escape
building</i> atau penyelamatan diri ketika tsunami terjadi lagi di masa yang
akan datang. Tingkat atap ini tidak dibuka untuk umum karena mengingat konsep
keselamatan dan keamanan. Dari tingkat atap ini, hampir keseluruhan daerah kota
Banda Aceh dapat terlihat dari atas gedung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="font-family: inherit;"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">*</span><i><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">penulis
merupakan salah satu staff Museum Tsunami Aceh</span></i></span>Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com6Aceh Tsunami Museum, Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh 23125, Indonesia5.5478809999999994 95.315139999999928-19.9741535 54.006545999999929 31.0699155 136.62373399999993tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-67980046973755916592013-02-17T21:22:00.000-08:002013-02-18T21:23:16.025-08:00Konsep Museum Tsunami Aceh<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Museum Tsunami Aceh memiliki 6
konsep dalam pembangunannya. Diantara konsep tersebut adalah sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: inherit;">1.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]-->Rumoh Aceh</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Design Museum Tsunami ini
mengambil ide dasar dari rumah panggung Aceh sebagai contoh kearifan arsitektur
masa lalu dalam merespon tantangan dan bencana alam. Design ini mengacu pada
keadaan Aceh pada masa silam yang juga pernah dilanda bencana. Konsep ini
merefleksikan keyakinan terhadap agama dan adaptasi terhadap alam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: inherit;">2.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]-->Escape Building</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Design Museum Tsunami ini
berbentuk bukit penyelamatan sebagai antisipasi terhadap bahaya tsunami di masa
yang akan datang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: inherit;">3.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]-->Sea Waves</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Denah bangunan merupakan analogi
dari episenter sebuah gelombang laut sebagai pengingat akan tsunami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: inherit;">4.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]-->Saman Dance (Hablumminannas)</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Tarian khas Aceh yang
melambangkan kekompakan dan kerjasama masyarakat Aceh, mencerminkan kehidupan
sosial yang kental akan gotong-royong dan tolong-menolong, direfleksikan
melalui kulit bangunan pada eksterior Museum Tsunami Aceh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: inherit;">5.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]-->The Light of God (Hablumminallah)</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;">Di dalam bangunan Museum Tsunami
ini terdapat ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahaya ke atas
sebagai simbol hubungan manusia dengan Tuhannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: inherit;">6.<span style="font-size: 7pt;">
</span><!--[endif]-->Public Park</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
</div>
<div class="MsoNormal">
Museum Tsunami ini juga merupakan
taman terbuka publik yang dapat diakses dan difungsikan setiap saat</div>
<div class="MsoNormal">
oleh
masyarakat, sebagai respon terhadap konteks urban.</div>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<span style="font-family: inherit;"><br /></span></div>
Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7816961735740570235.post-1841603379200359422013-02-16T20:59:00.001-08:002013-02-16T20:59:16.534-08:00Museum Tsunami Aceh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNHee-9Aqof1JPrkf9gEf0q3BVm1cfLkC6FYHXqsvBla7IkxuzSIGfl3MmhcY1f0su-pT6QJBPWPb6TRqK0DwbY8P0RleKTnNn0x8fsvut0iSuKd_q42Q2-hmq2D498A-suFgKaeGEBss/s1600/Museum+Tsunami+Aceh+04.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNHee-9Aqof1JPrkf9gEf0q3BVm1cfLkC6FYHXqsvBla7IkxuzSIGfl3MmhcY1f0su-pT6QJBPWPb6TRqK0DwbY8P0RleKTnNn0x8fsvut0iSuKd_q42Q2-hmq2D498A-suFgKaeGEBss/s1600/Museum+Tsunami+Aceh+04.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4k1Fgw6h66d3SCR4OxjBYrXnN2j7wluFwitPsnewjvcqDo9ihX3EFzeeBzaKZlyvNmhfXz_gr2DUIuJJCXSWBjSr_m_l48mcMQwTn4gJBxV84FPBim3ONelK2synv57mWPndS1C1vrcA/s1600/Museum+Tsunami+Aceh+01.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4k1Fgw6h66d3SCR4OxjBYrXnN2j7wluFwitPsnewjvcqDo9ihX3EFzeeBzaKZlyvNmhfXz_gr2DUIuJJCXSWBjSr_m_l48mcMQwTn4gJBxV84FPBim3ONelK2synv57mWPndS1C1vrcA/s1600/Museum+Tsunami+Aceh+01.jpg" height="213" width="320" /></a></div>
<br />Museum Tsunami Acehhttp://www.blogger.com/profile/10071770635443568457noreply@blogger.com0Aceh Tsunami Museum, Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh 23125, Indonesia5.5478809999999994 95.315139999999928-19.9741535 54.006545999999929 31.0699155 136.62373399999993